Lampu pendar dikenal dalam dua bentuk utama. Yang pertama berbentuk tabung panjang atau yang umum dikenal dengan lampu TL (tubular lamp) atau lampu neon dan yang kedua berukuran lebih kecil dengan tabung ditekuk menyerupai spiral, umum disebut dengan sebutan lampu hemat energi (LHE).
Karena lampu pendar memiliki efisiensi lebih tinggi daripada lampu pijar, pemerintah Indonesia pernah mencanangkan program penggantian lampu pijar dengan lampu pendar secara gratis. Namun seiring dengan kemajuan teknologi, efisiensi pencahayaan diode cahaya atau lebih dikenal dengan lampu LED mulai setara dengan efisiensi pencahayaan lampu pendar walaupun harus dalam kondisi tertentu.
Sebuah lampu pendar pada dasarnya selalu berbentuk tabung yang panjang terbuat dari kaca, dengan ruang kosong di dalamnya, dan terminal listrik pada ujungnya yang terhubung dengan catu daya. Tabung tersebut dapat dibentuk ke dalam berbagai macam bentuk seperti pada lampu pendar jenis LHE tabung kaca tersebut ditekuk ke dalam bentuk spiral atau bentuk lainnya. Sejumlah kecil raksa ditempatkan di dalam tabung pendar dan tabung tersebut diisi dengan gas argon.
Saat listrik dialirkan melalui tabung tersebut, listrik tersebut mengalir melalui gas argon dan membangkitkan atom-atom raksa dan menyebabkan sebagian di antara atom-atom tersebut menguap.Atom raksa menyerap energi dari elektron-elektron yang bergerak bebas dan menjadi dalam keadaan tereksitasi. Atom-atom raksa yang tereksitasi kemudian akan melepaskan energinya dalam bentuk cahaya pada panjang gelombang ultraungu.
Cahaya pada panjang gelombang ultraungu tidak dapat kasatmata dan oleh karena itu lampu pendar mensiasatinya dengan melapisi bagian dalam tabung kaca dengan lapisan fosfor. Fosfor yang terkena energi dari cahaya ultraungu akan berpendar, mengubah cahaya ultraungu menjadi cahaya kasatmata. Fosfor berbentuk serbuk yang berwarna putih yang dapat dilihat pada lampu pendar yang pecah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar